Kamis, 03 April 2008

SURGA

Siang tadi, aku dan Ravi belanja di toko. Ketika pulang, Ravi melihat orang gila di jalanan. Dia lalu nanya; “orang gila besok masuk surga atau neraka mbak?”. Alamakk.. gimana jawabnya nih? Batinku dalam hati. Tau aku nggak segera menjawab pertanyaannya, Ravi langsung njawabi sendiri. “ya masuk neraka mbak”. “kenapa?” tanyaku. “karena gila”. Aku hanya bisa ngekek dan lalu bilang; “kita nggak ada yang tau, besok orang gila itu masuk surga atau neraka. Hanya Allah yang tau”.

Malamnya, setelah sholat maghrib, Ravi tiba-tiba nanya; “mbak aal, besok kalo aku meninggal, aku masuk surga?”. Deg!! Anak ini nanya begituan lagi. Aku senyum dan mengangguk.

Pertanyaan Ravi mengusik pikiranku. Aku jadi bertanya juga “akankah kelak aku masuk surga?”. Memikirkan hal itu, aku menjadi takut sendiri. Aku belum banyak melakukan kebaikan malah banyak melakukan kesalahan. Pantaskah aku masuk kesana?

Pertanyaan Ravi  yang kedengarannya sepele itu membuatku sadar. Aku mesti berubah. Aku harus punya ‘tabungan’ kebaikan yang bisa menjadi ‘tiket masuk’ ke surga. Aku akan berusaha untuk menjadi orang yang lebih baik lagi. Tuhan, semoga kelak Engkau menerimaku di SurgaMu. Amin..

IKAN BAKAR CIANJUR

Rating:★★★
Category:Restaurants
Cuisine: Steak / Seafood
Location:Semarang
Bangunan peninggalan Belanda yang disulap jadi rumah makan ini, terletak di daerah kota lama Semarang, tepatnya didepan Gereja Blenduk.
Tempatnya bersih dan cukup luas.
Karena ‘judulnya’ ikan, maka menu ikannya juga beragam. Mulai dari Nila, Gurame, Lele, Bawal dll. Yang nggak suka Ikan, ayam juga ada kok.
Untuk nasi ada beberapa pilihan. Ada nasi putih biasa, Nnasi liwet dan nasi uduk. Nasi liwetnya enakk!!
Waktu makan disini, aku pesen lele penyet. Untuk 1 porsi bisa untuk 2 orang soalnya ukuran lelenya gede banget. Sambal penyetnya pedes dan mantap! Nila gorengnya juga renyah. Untuk sayurnya kami pilih cah kangkung. Tapi cah kangkungnya nggak sesuai gambar. Di gambar, daun kangkungnya tampak banyak. Pas keluar, banyakan bonggolnya daripada daunnya. Pas protes ke pelayannya, dia bilang; “ini kangkungnya bukan seperti kangkung biasa. Daunnya memang cuma sedikit. Lebih banyak bonggolnya”.
Ah bisa aja tuh si mbak ngeles. Hehehe…
Untuk minuman, es buah campurnya seger. Yang sedikit mengganggu, rasa sirupnya yang nyegrok banget.
Untuk meeting, rumah makan ini juga cocok. Tempatnya tenang, ruangannya dipisah-pisah. Satu ruangan berisi 2-3 meja.
Untuk harganya, cukup terjangkau lah…

PONDOK DJAJA

Rating:★★★★
Category:Restaurants
Cuisine: Asian
Location:Jl. Hayam Wuruk No.11 Jakarta
Kami tau tentang rumah makan ini dari buku Kuliner yang diterbitkan Intisari. Si penulis sukses bikin kami terpengaruh dengan tulisannya. Pas kebetulan lagi di Jakarta, maka kami berusaha untuk menemukan tempat tersebut. Penasaran sih!
Sampai di lokasi, kami agak kaget. Ternyata tempatnya kecil dan tampak jadul banget. Tapi ramenya… Masya Allah!! Kami masih beruntung, karena masih ada satu meja kosong. Satu keluarga yang tiba setelah kami terpaksa makan di ruang belakang bareng sama barang-barang.
Ternyata rumah makan Pondok Djaja ini rumah makan Padang tapi ada nuansa Cina-nya. Jadi ‘kolaborasi’ Padang-Cina gitu deh!
Yang terkenal di tempat itu, ayam gorengnya. Bener lho! Rasanya maknyuss!!! Ayamnya renyah dan empukk! Acar timunnya juga seger banget. Menu lainnya, hampir sama kayak umumnya rumah makan padang.
Untuk minuman, nggak ada banyak pilihan. Hanya ada softdrink, teh panas, es teh, jeruk panas, es jeruk dan air putih.
Sebelum tau kalo menu minumannya cuma segitu, ketika ditanya pelayannya “minum apa mbak?”, aku dengan PDnya bilang “Jus Alpukat”. Eh.. ternyata nggak ada. Hehehe.. akhirnya ganti es jeruk. Tak disangka, es jeruknya segerr banggett!!! Nyesss rasanya.
Karena tempatnya kecil dan selalu rame, selesai makan nggak usah berlama-lama. Nggak usah ngobrol panjang-panjang. Bukan kenapa-kenapa, kasihan yang antri. Waktu kami kesana, ada juga yang nunggu di depan. Begitu kami keluar, mereka langsung masuk. Jadi tau diri aja lah..
Menurutku, rumah makan ini cocoknya hanya untuk makan. Mau meeting, jangan kesana deh! Banyak orang lalu lalang plus berisik karena terletak di pinggir jalan raya. Mau ngedate, juga jangan kesana. Suasana rumah makan itu, nggak ada romantis-romantisnya deh! Hehehe…
Jadi, datanglah hanya untuk makan. Hehehe….

Rabu, 02 April 2008

KARTUN BENNY & MICE

Rating:★★★★★
Category:Books
Genre: Comics & Graphic Novels
Author:Benny Rachmadi & Muhammad Misrad
Walaupun aku bacanya telat banget -buku ini keluar bulan september tahun lalu- aku tetep PD mereview. hehehe..
Asli, buku ini lucu bangggetttzz!!! Baru baca lembar pertama udah ngekek-ngekek. Cara nyentilnya asyik & ngena banget! Segala macem tren yang pernah ada di Indonesia, nggak luput dari ‘pantauan’ mereka. Mulai dari gaya anak muda yang suka pamer boxer, tindik anting gede, kawat gigi, HP 3G –aku paling ngakak pas bagian ini, dan masih banyak cerita lucu lainnya. Dijamin ngakak! Buku ini bisa jadi obat stress, obat BT, obat Jenuh. Pokoknya bisa bikin ‘cooling down’. Hehehe….
Tapi kalo nggak mau dibilang stress, baca buku ini jangan di tengah-tengah keramaian ya.. ntar dipikir kita stress karena ketawa-ketawa sendiri. Huehehe…
ayo beli, nggak begitu mahal kok. 30ribu ajja!


KENANGAN YANG HILANG

Nasibku bener-bener lagi apes. Setelah gagal berlibur di Bandung, aku melakukan kesalahan besar yang nggak aku sengaja. Kamera Abah yang dititipkan ke aku -yang berisi foto-foto acara akad nikah Mas Nabil di Bandung, foto cheesecake dari mbak Ienas, foto sama saudara-saudara- hilang. Dan hilangnya sesaat sebelum kami berangkat ke resepsinya mas Nabil.

Ceritanya, setelah selesai dandan, aku & Ibuk menunggu rombongan yang lain di lobby hotel. Aku duduk di sofa sambil memangku tas yang didalamnya ada kamera. Aku buka tas hanya untuk ngambil handphone. Posisi tas masih ada di pangkuanku. Begitu selesai baca sms, rombongan yang ditunggu datang. Aku langsung berdiri dan menuju mobil. Aku nggak merasa ada sesuatu yang jatuh. Pas udah mau nyampe gedung resepsi, Abah nanya; “kameraku mbok gowo kan al?”. aku dengan mantapnya menjawab; “Nggih Bah!”

Langsung aku buka tasku untuk nyari kamera. Tapi alangkah kagetnya, aku rogoh2 tasku tapi nggak nemu kameranya. Langsung tak keluarin semua isi tasku –aku bawa tas besar yang didalamnya berisi hp, parfum, dompet, kerudung, tas pinggang Abah- tapi kamera itu tetep nggak ada. Panik lah aku!! Tapi aku nggak langsung matur ke Abah kalo kameranya nggak ada. Pas udah nyampe gedung, Abah langsung turun dan langsung masuk ke dalam gedung. Aku sama dek Ova balik lagi ke hotel untuk nyari kamera. Nyampe di hotel lagi, aku langsung masuk kamar. Tas bajuku tak obrak-abrik, lemari aku cek berulang-ulang. Tetep nggak ada. Aku turun ke lobby, nanya ke bagian resepsionis, apa ada yang nemu kamera? Mereka bilang nggak ada. Aku naik lagi ke kamar dan mulai mencari-cari tapi hasilnya nihil. Pas lagi nyari hpku bunyi. Mbak Nada nelpon nyuruh aku segera balik ke tempat resepsi. Aku bilang kamera belum ketemu sambil  nangis. Dandananku jadi berantakan kena airmata. Setelah bener-bener nggak ketemu, aku turun lagi. Aku nyari di sofa yang aku duduki tadi. Sofa kosong, orang yang duduk di sofa itu aku tanya juga. Tapi dia nggak liat ada kamera. Aku udah hopeless. Sebelum keluar hotel aku samperin resepsionisnya lagi dan bilang kalo ada yang nemu tolong aku dikabari. Di mobil dalam perjalanan ke tempat resepsi, pikiranku nggak karu-karuan. Takut, sedih, nyesel, pokoknya campur aduk. Selama acara, aku lebih banyak diam. Aku nggak bisa menikmati pesta. Segala macam hidangan yang tampaknya maknyuss, nggak mengundang selera. Nafsu makanku bener-bener hilang. Aku juga  jadi males untuk ngobrol-ngobrol atau sekedar berbasa-basi dengan sodara-sodaraku. Aku juga takut banget ketemu Abah. Aku pasti bikin Abah kecewa.

Pas mau pulang, Abah tiba-tiba nanya; “kamerane ilang ya?”. Aku Cuma bisa jawab iya dan minta maaf. Dalam perjalanan pulang, aku ditanya kronologi kejadian ilangnya kamera. Aku jelasin semua ke Abah. Setelah mendengar penjelasanku, Abah bilang “ya nanti beli lagi…”. Begitu denger Abah ngendiko begitu, hatiku malah miris. Ya Allah…, Abahku baik banget. Aku jadi pengen nangis.

Sampai hotel, aku pesen lagi ke resepsionisnya. Barangkali ada yang menemukan kamera, nggak apa-apa lah kameranya diambil, yang penting foto-fotonya dibalikin. Di kamar, aku masih berusaha keras mengingat dimana kiranya kamera Abah berada. Aku yakin seyakin-yakinnya, kalo kamera itu ada di tasku dan aku nggak ngerasa ada yang jatuh pas aku berdiri. Aku mohon-mohon pada Tuhan, minta agar orang yang menemukan kamera terbuka hatinya untuk mengembalikan kepada kami. (Tuhan mendengar permohonanku, tapi orang yang nemu kamera ternyata nggak terbuka hatinya karena sampai detik ini, kamera itu tetap nggak ada kabarnya lagi.)

Saking nyeselnya, aku sampai demam. Kepalaku pusing, badanku panas. Aku masih nggak bisa ikhlas. Aku masih terus bertanya “Kenapa?”.

Selain merasa bersalah sekali kepada Abah, aku juga merasa bersalah kepada mbak-mbakku. Mbak Ienas yang pesen foto cheesecakenya & mbak Udloh yang pesen foto-foto nikahannya Mas Nabil. Dalam tulisan ini juga, sekali lagi aku minta maaf sebesar-besarnya karena telah menghilangkan kamera yang berisi banyak kenangan berharga. Aku nyesel banget….. maafkan aku ya…..

Walaupun kelihatannya nggak mungkin, tapi siapa tau orang yang menemukan kamera ikut baca tulisan ini, aku mohon dengan sangat foto-fotonya dikembalikan. Kamera boleh diambil tapi foto-fotonya jangan. Pleaseeee…… T_T

FROM BANDUNG (NOT) WITH LOVE

Tanggal 18 Maret kemarin, aku berangkat ke Jakarta bersama Abah, Ibuk dan Mbak Nada. Nyampe stasiun Tawang Semarang udah last minute banget!! Jam 4 sore kami sudah nyampe Semarang tapi masih lumayan jauh dari stasiun. Padahal jadwal berangkatnya jam 4 sore itu. Alhasil, sopir kami ngebut sengebut-ngebutnya. Perutku rasanya seperti diaduk-aduk. Tobaaatt….

Sampai Tawang, udah ting-tang-ting-tong gitu. Kami pun berlari-lari menuju kereta. Pas akhirnya bisa duduk, rasanya legaaaaaa banget! Pfuiihh!!! Thanx GOD!

Hari Kamis, tanggal 20 Maret, kami berangkat ke Bandung untuk menghadiri akad nikahnya Mas Nabil. Acaranya sendiri sih baru hari Sabtunya. Kami sengaja berangkat lebih awal biar bisa jalan-jalan dulu. Mumpung ke Bandung gitu lhoooh!! Dari Jakarta berangkat sekitar jam setengah satu siang. Perkiraan kami, sebelum maghrib udah nyampe Bandung. Ternyata eh ternyata, jalan tol yang menuju Bandung padat banget. Jalannya ngerembet gitu. Ternyata orang-orang pada liburan ke Bandung juga. Akhirnya, kami nyampe Bandung jam setengah delapan malam. Busyet deh!! Cyapppeeeekkk……!!!

Keesokan harinya, kami berniat jalan-jalan. Kebetulan ada orang yang mau jadi guide. Aku udah bayangin mau belanja ini itu. Tapii…. Keberuntungan belum berpihak kepada kami. Jalanan Bandung macet! Udah gitu mas guide-nya pake acara lupa jalan segala. Jadilah kami muter-muter kesana-kemari. Payah!!

Akhirnya sampai juga kami ke Ciwalk. Semangat belanja udah ilang. Aku malah nemenin ponakan-ponakan main di Timezone.

Nasib ya nasib… setelah menunggu sekian lama untuk bisa ke Bandung, pas kesampaian malah nggak bisa ‘menikmati’ serunya kota Bandung. Huhuhuhu….