Sabtu, 25 Oktober 2008

FAST FOOD

Kemarin, aku makan siang kesorean di salah satu restoran cepat saji. Aku kaget begitu masuk restoran tersebut. Bukan jam makan tapi pwenuh banggeedd..
Setelah celingak-celinguk, akhirnya aku memilih duduk semeja dengan seorang perempuan yang juga sendirian. Lucu juga semeja, duduk sebelahan tapi nggak ngomong apa-apa. Rasanya baru kali ini deh aku makan semeja dengan orang asing. Hehehe…
Sambil makan aku memperhatikan orang-orang di restoran tersebut. Kebanyakan anak-anak muda gitu dehh.. aku perhatikan banyak yang udah kelar makan tapi tak juga beranjak dari kursinya. Apalagi yang berdua-duaan tuh. Halah… dilama-lamain deh!
Yang menarik, ada sepasang anak muda yang hanya diem-dieman. Setelah menghabiskan minumannya, yang cewek dengan cuek bebehnya langsung ngeloyor pergi dengan muka cemberut tanpa berkata sepatah katapun kepada si cowoknya. Si cowok nggak segera mengejar kekasihnya. Pas udah jalan agak jauh, baru deh si cowok berdiri dan menyusul si cewek. Aku langsung bias menebak apa yang sedang terjadi diantara mereka. Pasti mereka lagi berantem. Hehehe…
Mataku kembali mencari-cari. Tapi nggak ada yang menarik lagi. Yang ada, aku malah sebel liat orang-orang udah nggak ngapa-ngapain –hanya ngobrol ajah- tapi nggak segera bangkit dari kubur eh kursi. Menurutku restoran fast food tuh nggak cucok untuk berlama-lama. Restoran ini hanya pas untuk makan. Bukan untuk ngobrol ngalor ngidul apalagi buat meeting.
Restoran cepat saji atau fast food, sesuai artinya memang restoran yang menyajikan makanan dalam waktu cepat. Tapi aku juga memaknainya –ceilee..- dengan “makan secara cepat (=fast food)”. Hehehe…. 
Kenapa kubilang begitu? Yah… kan banyak orang yang pengen makan disitu. Kasihan kan kalo mereka musti berdiri, menunggu kursi kosong. Padahal mungkin mereka sudah kelaparan. Sementara yang duduk-duduk sudah kekenyangan. Harus pengertian lah..
Kalo pengen ngobrol panjang lebar ngalor ngidul ngetan ngulon atau pengen berlama-lama dengan pujaan hati, sebaiknya pilih tempat yang nggak jadi favoritnya banyak orang. Hehehe…
Lagian kalo sepi kan tambah syahdu tuk suasananya. Hahaha… *setan*
Yah… tapi ya gimana ya? Nggak semua orang punya rasa pengertian yang tinggi. Mereka merasa berhak berlama-lama karena mereka duduk di tempat itu juga nggak gratis alias bayar. Jika ingin santai dan makan berjam-jam, tempat yang paling nyuaman adalah di rumah masing-masing. Hihihi..

 

 

Kamis, 23 Oktober 2008

Black List

Sore tadi aku dibikin jengkel sama seseorang yang mengundang Abah untuk acaranya. Orang itu, sebut saja Pak W, salah satu karyawan bank swasta terkenal yang baru saja buka cabang di Rembang. Kantornya berencana mengadakan launching dan mengundang Abah sebagai salah satu pengisi acara.
Pak W, sejak sebulan yang lalu sudah mulai kontak aku. dia minta dicariin jadwal yang pas Abah dirumah. Rencana awal dia mau bikin acara buka bersama, tapi Babe nggak bisa, akhirnya diundur sampe setelah lebaran. Dia minta antara tanggal 20-26 Oktober. Kebetulan baru hari Jumat tanggal 24 Oktober, baru jadwal Babe kosong. Dari pertama sudah aku bilang, kalo setuju hari Jumat yang jelas nggak bisa pagi karena Abah ada pengajian rutin tiap Jumat pagi. Dia bilang oke dan mau koordinasi sama pihak pusat yang ada di Jakarta.
Selang satu atau dua hari dia telpon lagi, minta kalo selain hari Jumat masih ada nggak? pihak pusat agak keberatan kalo hari Jumat karena Jumat itu hari pendek. Jawabanku masih sama. Hari yang kosong tinggal Jumat. Dia pun mengatakan akan kontak lagi ke pusat.
Beberapa hari kemudian, dia telpon lagi. Dia bilang, Pusat sudah oke hari Jumat tapi minta kepastian Abah beneran bisa datang atau nggak. aku bilang Insya Allah. Terus dia tanya. kalo hari Jumatnya enaknya jam berapa. aku bilang Abah bisanya malam. Karena pagi ngaji, kemudian siang sampe sore istirahat. Dia bilang OKE. Setelah itu dia lama nggak kontak lagi.
Baru seminggu yang lalu dia kontak lagi. Itupun masih mbingungi jam-nya. aku bilang Abah sudah oke jumat malam.
Beberapa hari kemudian dia telpon lagi dan ngabari kalo Bupati Rembang nggak jadi hadir dalam acara tersebut karena ada undangan mendadak ke Jakarta. Dia pun meminta dengan sangat Abah tetep bisa hadir. aku bilang insya Allah. aku tegaskan lagi, "Jumat malam ya Pak?", dia bilang "iya bu..". aku pikir semua udah clear.
Tiba-tiba, sore tadi dia telpon. Seperti ini percakapan kami di telpon.
Pak W (PW): "bu almas. saya mau sowan sekalian bawa undangan".
aku (A)        : "oiya Pak"
PW: "sama itu bu almas. kami juga mohon Bapak kerso maringi doa pada acara besok Jumat itu".
A : "acaranya dimulai jam berapa Pak?"
PW : "jam sembilan bu".
A : "jam sembilan malam?"
PW : " Ndak bu. Jam sembilan pagi".
A : "LHO??!!! -nada mulai meninggi- kok pagi tho Pak? kan saya sudah bilang kalo pagi nggak bisa.
PW : "Aduh... aduh... gimana ini".
A : "kan saya sudah berkali-kali bilang Pak. kok jadi pagi ini gimana. dulu kan sudah setuju malam kan Pak"..
PW : "ndak bu, pagi. aduh gimana bu? tolonglah saya bu. ini menyangkut masa depan saya. saya sudah terlanjur janji kalo bapak bisa datang. kalo nggak jadi datang, hancurlah saya" *mulai mengiba-iba plus hiperbola*
A : "lha gimana Pak. kalo pagi jelas Bapak nggak bisa. Bapak nggak bisa ninggalin pengajian"
PW : "tolonglah saya bu.. tolong" *suara semakin mengiba*
A : " ya kalopun Abah datang, ya nggak jam 9 Pak. jam 10 mungkin baru bisa"

percakapan masih terus berlangsung sampai beberapa menit. Suara di seberang mengiba-iba minta dikasihani. aku, berusaha sekuat tenaga nggak sampe emosi. Tapi berkali-kali aku menyalahkan dia dan dia menerima aku salah-salahkan. (emang salah!! batinku...)
Percakapan berhenti dan dia mengatakan akan segera meluncur ke rumah untuk mengantarkan undangan.
Beberapa menit sebelum maghrib dia datang. Aku temui langsung. Dia masih saja tetap mengiba-iba dan mengatakan masa depannya akan hancur kalo Abah sampai nggak datang. (setan dalam hatiku bilang "hancur kan urusanmu sendiri!!" yah... tapi aku nggak bisa sekejam itu. kasihan juga kalo dia sampe dimutasi gara-gara nggak berhasil menepati janjinya untuk 'mendatangkan' Abah. aku memang terlalu baik orangnya. he..)
Dia mengiba-iba dan aku pun masih tetap menyalahkan dia terus. ngelesnya sangat-sangat wagu. "mungkin waktu itu saya nggak denger bu.." katanya dengan muka di innocent-innocent-kan.
WHAATTTT????!!! NGGAK DENGER???!!! NGGAK MUNGKIN LAH... -ini masih suara hati kecilku.
Suara yang keluar dari mulutku; "Bapak lagi crowded ya?" kataku agak sinis.
"iya bu... pikiran saya agak kacau memang"
Bosen dengan iba-iba-nya aku pun bilang "yah berdoa saja mudah-mudahan Abah bisa datang".
Dia pun akhirnya pamit sambil tak henti-hentinya minta maaf.

Kejadian diatas bukan pertama kalinya buat aku. Aku sudah sering banget ketemu 'pengundang' yang menjengkelkan. Rasanya pengen maki-maki aja. Tapi aku nggak bisa begitu juga. aku mesti jaga omongan dan sikap kan?
Paling mereka-mereka yang menjengkelkan itu aku ketusin dan aku bikin mereka merasa sangat bersalah. hehehe kejam juga ternyata ya?
Mereka-mereka itu pengennya dimengerti tapi nggak mau ngerti keadaan Abah. Banyak dari mereka yang dengan seenak udelnya mengatur-ngatur Bapakku. Enak ajja!! siape elooo???!!!
Kayak kapan hari tu ada orang Jakarta telpon. Dia dari salah satu perusahaan besar. Dia mau ngundang Abah untuk acara halal bihalal bersama 4000 karyawan. Tanggal yang diminta pas Abah ada acara di tempat lain.
Dengan enaknya dia bilang; "Nanti Bapak saya siapkan tiket pesawat kelas bisnis. berangkat dari Semarang siang, sorenya bisa langsung ngisi acara di tenpat kami, besoknya abis subuh langsung saya antar ke bandara. Jadi masih bisa ngisi acara yang di Semarang".
Weleh... Weleh... Ngaca dulu deh bung sebelum ngatur-ngatur. Ihh....
Menjadi asisten pribadi ternyata tidak gampang ya. Berbagai macam cap yang tidak mengenakkan aku terima selama menjalani pekerjaan ini. Halah!!
Yang aku dibilang galak lah. Nggak kooperatif lah. Nggak pengertian lah dan bla bla bla..
Tentu saja aku nggak terima dibilang kayak gitu. Tapi mau protes? protes ma sapa? dan apa gunanya juga. Aku terima aja lah mau dikatain apa. Yang penting maksudku baik. aku hanya pengen bantu Abah mengatur waktu beliau. Eyel-eyelan sama orang sih udah biasa banget. Kalo nuruti mereka terus, Abah sendiri nanti yang kewalahan.
Yang jelas, orang-orang menjengkelkan yang sudah mengacaukan jadwal Abah, langsung aku masukkan ke 'DAFTAR HITAMku'.







Minggu, 12 Oktober 2008

Es Jagung Nata de Coco-nya Mbak Mia


Description:
Mestinya ini kuposting pas Ramadhan kemarin karena bikinnya pas Ramadhan. Berhubung sibuk -lebih tepatnya menyibuk-nyibukkan diri- aku nggak sempat posting.
Cerita dikit nih..
aku pake jagung kaleng sama seperti yang direkomendasikan Mbak Mia. pikirku di rembang nggak ada jagung kaleng merk Del Monte. akhirnya aku bela-belain nyari pas kebetulan lagi ke Semarang. Ternyata, di Rembang ada boooww...!! wah... aku terlalu underestimate pada kotaku sendiri. hihihi...
Terus... sebelum praktek, aku tanya2 dulu sama Mbak Mia. Kata beliau, ngerebus sagu mutiaranya sekitar 15-25 menit. Ternyata...... 1jam baru kelar!! wah... wah... awalnya agak BT nungguin mateng. Tapi begitu melihat hasil akhirnya aku puwasss... enakkk!! :)

Ingredients:
1 kaleng Jagung Whole Kernel Corn (del Monte)
1 bungkus Nata de Coco
8 sdm sagu mutiara, rebus air mendidih, tiriskan (direbus sampe bintik putih di tengahnya ilang)
susu kental manis secukupnya
200 ml sirup rasa cocopandan (sirup merah)
- 1 bungkus agar agar di masak dengan 300 cc air,
potong kotak

Directions:
Campur semua bahan, beri es batu secukupnya