Jumat, 26 Februari 2016

Sinetron

Beberapa hari yang lalu waktu blusukan ke pasar (JKW keleeees blusukan 😝😝), aku mampir ke toko langgananku.
Lagi asyik milih-milih barang, tiba-tiba ada pembeli lain datang dan lalu bertanya pada penjual dengan suara cukup keras. "Mbak, ana klambi anak jalanan?". 
"Ana. Kanggo umur piro?" Sahut si penjual.

Karena penasaran, bertanyalah aku kepada si penjual. 
"Klambi anak jalanan iku sing piye sih mbak?". 
"Alaaaah. Iku lho kaos sinetrone Boy ambek Reva!".
"Klambi kotak-kotak apa kaos ireng ngono tah mbak?" 
"Oraaaa! Klambi gambare Boy ambek Reva. Sinetron "Anak Jalanan" iku lhoo. Sampeyan gak tau ndelok sinetron yo? Akeh sing seneng kok. Podo nggoleki klambine". 

Aku cuma bisa menahan geli aja mendengar celotehan si penjual tentang sinetron yang lagi digandrungi banyak orang saat ini. Aku tau sih sinetron itu. Pernah liat sekilas. Tapi nggak tertarik buat ngikutin. Yaiyalah buat apa jugaaa???

Dulu, aku termasuk penyuka sinetron. Tapi bukan sinetron kayak sekarang yang tayang setiap hari.
Jaman awal-awal TV swasta muncul dulu, sinetron cuma tayang seminggu sekali. Jadi penonton bener-bener dibikin penasaran. Nungguin sinetron favorit tayang tuh rasanya deg-degan gimanaaa gitu. Hehehe *lebay*. 
Lagi seru-serunya nonton terus keluar tulisan "bersambung" itu nyebelin banget. Kadang, karena nggak sabar nungguin minggu depan, jadi suka ngarang-ngarang sendiri kelanjutan ceritanya. Hahaha.

Sinetron dulu itu asyik karena episodenya nggak dipanjang-panjangin. 
"Tukang Bubur Naik Haji" udah berapa ribu episode tuh? Heran ya naik haji kagak pulang-pulang 😓😓. Sinetron dengan episode panjaaaaang itu kayaknya yang mulai "Tersanjung" deh. Sampe "Tersanjung 7" kalo nggak salah. 
Dan sejak saat itu, sinetron pun mulai tak asyik lagi. Makin nggak jelas ceritanya.

Generasi 90an pasti apal deh judul-judul sinetron jadul. Hihihi. 
Masih inget, dulu jaman SD yang lagi booming tuh sinetron "Siti Nurbaya". Kalau abis tayang, paginya di sekolah pada ngebahas sinetron itu, lengkap dengan makian atau hujatan kepada Si Datuk Maringgih. Saat itu, Datuk Maringgih menjadi semacam "public enemy". Halah!! 

Selain "Siti Nurbaya", ada "Sengsara Membawa Nikmat". Aku nggak begitu ingat alur cerita sinetron ini. Yang aku ingat cuma Si Midun sama musik soundtrack-nya. Hehehe. 
Terus ada lagi yang bagus itu "Keluarga Cemara". Tampang para pemainnya bisa melas beneran gitu ya. Yang nonton jadi trenyuh. 

Sinetron favorit lainnya: "Si Doel Anak Sekolahan" tapi yang episode lawas. Waktu muka pemainnya masih polos semua. Hihihi. Sinetron ini diputar ulang beberapa kali, tiap nonton masih ketawa aja.
Episode paling membekas itu waktu Zaenab cemburu liat Doel sama Sarah terus lari pulang ngelewati alang-alang sambil bawa rantang. Kasian Zaenab... 😞😞
Oya, sama waktu badannya Atun kejepit terompet. Hahahaha. Sumpah tiap liat adegan itu bukannya kasian tapi malah ngakak. Maaf ya Atun 🙏. 

Sinetron sekarang selain panjang-panjang episodenya, juga seragam ceritanya. Tukang Bubur naik daun, keluarlah Tukang Ojek. Abis itu Tukang Bajaj. Serigala Ganteng meledak, keluarlah Harimau Tampan. Dan sekarang yang booming adalah sinetron yang isinya pamer motor. Kabarnya sih gara-gara sinetron itu, sekarang banyak yang pada pake motor ala "Anak Jalanan". 
Emang iya deh, sekarang sering banget aku liat orang pake 'motornya' Boy. Gayanya juga yang seolah-olah gitu. Bram brem bram brem mulu di jalan. Hedeeeeh. (Nggaya-nggaya gitu udah pada lunas belum cicilan motornya? Upsss!🙊✌️).


















Jumat, 12 Februari 2016

Masa Kecil Dulu

Menyaksikan kedua ponakanku setiap hari berantem gara-gara rebutan gadget, aku jadi teringat masa kecilku dulu ketika aku seusia mereka. 
Seingatku, aku nggak pernah sekalipun rebutan gadget -sampai berantem- sama adikku. Yakaliiii jaman dulu kan belum punya gadget!! Hihihi 😝😝😝✌️✌️.

Dulu itu hampir semua permainan dilakukan outdoor. Tak heran, banyak anak yang kulitnya berubah jadi gelap alias kusem-kusem. Hahaha.
Kapan hari aku sempat ngeshare album foto seseorang yang isinya tentang permainan jaman dahulu.
Ada jamuran, gobak sodor, engklek, lompat karet, bentengan dan masih banyak lagi.
Yang nggak terlupakan itu masa-masa mencari kreweng untuk main engklek (bahasa Indonesianya apa ya engklek ini?). 
Kalau dapat kreweng yang bagus, senengnya minta ampun. Disimpen dan dieman-eman, udah kayak nyimpen jimat aja. 
Nggak tau ya, dulu kayaknya kok gampang banget gitu nyari kreweng. Kalau sekarang butuh kreweng, kayaknya mesti beli gerabah terus diancurin dulu kali ya? Hehehe. *ngawur*.
Mmm... Ngomong-ngomong soal mencari-cari barang, kalau diingat kembali jadi gilo & jijay sendiri deh.
Dulu itu kalo satu anak punya koleksi apa gitu, yang lain terus ikut-ikutan koleksi. Mulai dari koleksi perangko, kertas surat, amplop lucu, stiker (khusus stiker ini aku punya pengalaman tak terlupakan. Stikerku yang jumlahnya puluhan dibuang Ibuk gara-gara semua stiker aku sebar dikamar terus abis itu nggak aku beresin lagi dan malah kutinggal main. Pulang main, kamar sudah bersih. Dan stiker-stikerku pun lenyap. Setelah kejadian itu nggak berani koleksi stiker lagi. Hihihi), mainan bonus snack dan lain lain. Tapiiii... Yang paling megilan itu adalah koleksi bungkus permen, korek api bergambar pakain adat suku-suku di Indonesia dan bulu ayam! Yacks!!

Jumat, 05 Februari 2016

Baju Muslimah Dulu dan Kini

Melihat perkembangan busana muslim saat ini, para muslimah -khususnya- sudah sepatutnya bersyukur. 
Sekarang nyari baju muslim gampang banget. 
Bandingkan dengan jaman dulu. Pilihan baju muslim masih sangat terbatas. Dulu itu paling cuma pake blus/kemeja terus bawahnya celana/rok. Udah. 
Sekarang? Ada wings skirt, wings dress, blus batwing, long cardigan, bolero, blus hoodie, harem pants, gamis tie dye, gamis jersey, gamis syar'i dll.  
Banyak pilihan ditawarkan. Mau yang model simple atau yang 'ajaib' ada semua. Tinggal pilih yang cocok dengan badan dan -tentu saja- dompet kita. Hehehe. 

Beberapa waktu yang lalu, baju tie dye ala Dian Pelangi booming banget. Baju berwarna-warni ada dimana-mana. 
Kemudian saat Puput Melati muncul dengan baju hoodie rancangan Ria Miranda, tak lama muncul tren 'hoodie Puput Melati'. Dan orang pun rame-rame berhoodie ria. 
Lalu muncul tren dress cantik yang panjang melambai-lambai. dengan perpaduan warna yang eye catching. Kalau sebelumnya tiap ke acara kawinan, baju andalan adalah kebaya modern, sekarang lebih banyak yang pake dress panjang menyapu lantai 😁. 
Sejak setahun lalu -kalau nggak salah- gamis syar'i mulai menjamur. Gamis lebar dengan desain simple plus kerudungnya yang juga lebar jadi pilihan banyak muslimah Indonesia. Aku termasuk yang berbahagia dengan adanya tren gamis syar'i ini. Jika sebelumnya aku selalu kesulitan membeli baju dengan ukuran panjang yang pas -karena kebanyakan baju yang dijual adalah baju dengan ukuran rata-rata, sementara tinggiku diatas rata-rata- kini aku bisa dengan mudah membeli baju karena sekarang banyak baju yang dibuat dengan ukuran serba panjang dan lebar. Asyik!

Setelah tren baju panjang melambai menyapu lantai menutup dada menutup kaki, kini yang sedang 'berjaya' adalah baju bernuansa monochrome dengan desain yang unik. Baju miring sebelah, depan pendek belakang panjang, kiri panjang kanan pendek dan masih banyak lagi model baju yang -menurutku- ajaib. 
Hanya orang-orang dengan kadar pede tinggi yang sanggup memakainya. Hehehe ✌️✌️. 

Tak hanya baju saja yang berkembang dahsyat. Penutup kepala pun juga. 
Duluu mungkin pilihan yang ada  cuma kerudung -yang biasa dipakai ibu-ibu- dan jilbab berbahan katun yang tepinya dibordir. 
Sekarang? Ada pasmina rawis, silk, viscose, sifon, cerruti, bergo rumana dll dll.
Dalaman jilbab pun bermacam-macam pilihannya. Ada ciput marshanda, ciput risty tagor, ninja, anti tembem dan entah apalagi namanya.
Kalau dulu mah cukup pake handuk putih 'Good Morning' yang legendaris itu. Hihihi. 

Dulu, desainer busana muslim bisa dihitung dengan jari. Yang aku tau cuma Ida Royani dan Ida Leman. Hehehe.
(Oya ngomong-ngomong soal Ida Leman, belasan tahun yang lalu sempat ada tren 'baju muslim Ida Leman'. Masih ada yang ingat? Baju atasan panjang, bawahan celana plus kerudung 'slubukan' yang kain tepi kerudungnya sama dengan kain bajunya. Jaman dulu kalo ada yang pake baju model Ida Leman itu: we o we deh! Hihihi).
Sekarang, desainer baju muslim banyak bangettttt. Artis berhijab ataupun Hijaber bukan artis tapi punya banyak follower di sosmednya, hampir semuanya jadi desainer. 
Seneng sih lihatnya tapi sayang harga  bajunya mahal. Hahaha. 

Yang namanya wanita, pastilah senang dandan cantik. Pake baju cantik, kerudung cantik. Siapa yang nggak suka? Apalagi kalo harganya bersahabat, pasti suka bangeeeeeet. Yakan yakan? 😝😝
Tapi sekarang sepertinya kalau membeli baju atau kerudung jangan cuma dilihat modelnya bagus atau enggak. Pantes atau enggak. Tapi mesti dicek juga halal atau enggak. Eh??!!  😷😷
#ceritaalmas #ceritaJumat #Jumatmenulis

Ayo Mondok!

(Tulisan ini sudah kubuat Jum'at kemarin. Tapi lupa ku posting di blog ini. Jadi sekarang aja deh mostingnya. Hihihi).

Hari Jum'at adalah hari 'spesial' bagi para wali santri putri Raudlatut Thalibin. Kenapa? Karena hanya di hari ini lah, beliau-beliau diperkenankan untuk menengok anak-anaknya.
Sebelum-sebelumnya, tidak ada waktu khusus berkunjung. Datang setiap hari pun boleh. Tetapi, sejak 3 bulan yang lalu, kami -para pembina dan pengurus pondok- menetapkan beberapa peraturan baru, salah satunya ya tentang waktu berkunjung ini. 
(Aku jadi ingat saat sosialisasi peraturan baru, beberapa bulan yang lalu. Sebelum bertemu para walisantri, aku sempat deg-degan. Kuatir kalo peraturan baru tsb menuai protes. Belum-belum aku udah parno duluan.  Tapi Alhamdulillah, kekhawatiranku tidak terjadi).

Jum'at siang tadi, ketika sedang menemani malak bermain di depan rumah, aku melihat ada salah satu wali santri datang sambil membawa satu kardus berukuran cukup besar. Pasti itu 'tanda cinta' untuk anaknya. 
aku jadi membayangkan ekspresi bahagia si anak ketika menerima kardus tsb. (Entah apapun isi di dalam kardus itu, aku rasa setiap santri yang dijenguk orangtuanya sambil dibawakan 'tanda cinta' pasti lah bahagia. Hehehe). 

Pemandangan yang kulihat siang tadi, mengingatkan aku pada masa-masa nyantri dulu. 
Dulu, aku sangat bahagia tiap kali dikasih tau ada Abah Ibuk rawuh ke pondok. Kebahagiaanku semakin bertambah begitu melihat kardus bertuliskan "almas" yang dibawa Abah Ibuk dari rumah. Alhamdulillah....
Tentu saja bukan aku saja yang merasa bahagia, teman satu kamar pun ikut bahagia. Hahaha. 
Ya, setiap ada yang abis dikunjungi orangtuanya, yang lain pun ikut bergembira. 
Kalau tinggal di kost, mungkin oleh-oleh satu kardus itu bisa berumur lama atau agak lama ya? Tapi kalau di pondok, bisa bertahan sampai seminggu itu udah wow banget.
Seingatku, begitu kardus dibuka, isinya akan habis dalam beberapa hari saja. Hahaha.
Kecuali kalo yang abis dapat kardus terus kardusnya dimasukin ke lemari. Ya pasti awet deh isinya. Hihihi tapi dijamin yang seperti itu bakalan jadi rasan-rasan seantero pondok 😝😝.  

Jadi ingat, pernah dapat cerita. Ada seorang santri yang bakhil. Tiap abis dapat kiriman makanan disimpan sendiri. Alhasil, teman-temannya pun jengkel. Lalu lemari -tempat menyimpan makanan- si santri bakhil itu pun digoyang-goyangkan sedemikian rupa sampai isinya tumpah ruah dan mengotori isi lemari.   

Cerita itu membekas sekali diingatanku dan seperti menjadi sebuah reminder untukku. 
Dan ketika aku akan berangkat mondok pun, pesan pertama Abah untukku bukan "yang krasan di pondok ya!" atau "ngaji yang rajin ya!" tapi Beliau berpesan "Jangan bakhil!". Pesan yang kuingat terus sampai detik ini. 

Di pondok kita hidup dengan banyak orang. Itu artinya kita mesti siap berbagi. Kalau nggak mau berbagi ya... tanggung sendiri deh akibatnya. 
Nggak hanya soal berbagi saja, ada banyak hal berharga yang aku dapatkan ketika mondok dulu.
Hidup dengan banyak orang, membuatku belajar untuk mengenal berbagai macam karakter manusia. Awal-awal sempat kaget tiap kali bertemu dengan kawan yang entah kenapa setiap dia ngomong selalu terdengar nggak enak di telinga. Sempet mangkel, sakit hati dan blablabla. Lha tapi masak mau berlama-lama mangkelnya? Mana setiap hari ketemu. Akhirnya lama-lama terbiasa juga. 
Aku sendiri pun juga jadi belajar untuk lebih berhati-hati kalau ngomong. Karena beberapa kali juga aku pernah bikin orang mangkel/sakit hati karena omonganku. Dari kejadian itu aku belajar untuk nggak sakpenake dewe. ceplas ceplos boleh lah tapi jangan kelewatan. Intinya sih belajar mengerti, mengenal dan menghargai orang lain. 

Selain itu, aku juga belajar untuk nggak gampang menyerah pada keadaan. (Wiih bahasakuu...).
Hidup dengan berbagai macam aturan, nggak boleh ini nggak boleh itu, apa-apa dibatasi bikin sebel sih memang. Tapi itu juga yang bikin kuat. aku kayak dilatih untuk bisa menahan hawa nafsu. Hehehe. 
Terus, karena banyak teman, kalau mau aneh-aneh, banyak yang ngingetin. Kalau sedih, banyak yang menghibur, kalau merasa udah nggak kuat pengen nyerah, banyak yang menyemangati. Kalau nggak punya duit, banyak yang bisa diutangi. Hihihi. Yang terakhir nih yang paling top. Namanya santri, paling nggak enak tuh kalo keabisan duit. Yakan? Yakan? Hahahaha... 😝😝😝.

Dulu, banyak hal yang tampak tidak menyenangkan. Hidup serba dibatasi, nggak bisa berlaku sesuka hati. Tapi kini, mengingat itu semua aku jadi bersyukur. Betapa beruntungnya aku pernah merasakan hidup di pondok. Alhamdulillah. 
Yang belum pernah mondok, Ayo Mondok! 😁😁

(Maafkan, kalimat penutupnya terdengar wagu. Kehabisan kata-kata sodara-sodara. ✌️✌️)
#ceritaalmas #ceritajumat #Jumatmenulis #ayomondok