Kamis, 23 Oktober 2008

Black List

Sore tadi aku dibikin jengkel sama seseorang yang mengundang Abah untuk acaranya. Orang itu, sebut saja Pak W, salah satu karyawan bank swasta terkenal yang baru saja buka cabang di Rembang. Kantornya berencana mengadakan launching dan mengundang Abah sebagai salah satu pengisi acara.
Pak W, sejak sebulan yang lalu sudah mulai kontak aku. dia minta dicariin jadwal yang pas Abah dirumah. Rencana awal dia mau bikin acara buka bersama, tapi Babe nggak bisa, akhirnya diundur sampe setelah lebaran. Dia minta antara tanggal 20-26 Oktober. Kebetulan baru hari Jumat tanggal 24 Oktober, baru jadwal Babe kosong. Dari pertama sudah aku bilang, kalo setuju hari Jumat yang jelas nggak bisa pagi karena Abah ada pengajian rutin tiap Jumat pagi. Dia bilang oke dan mau koordinasi sama pihak pusat yang ada di Jakarta.
Selang satu atau dua hari dia telpon lagi, minta kalo selain hari Jumat masih ada nggak? pihak pusat agak keberatan kalo hari Jumat karena Jumat itu hari pendek. Jawabanku masih sama. Hari yang kosong tinggal Jumat. Dia pun mengatakan akan kontak lagi ke pusat.
Beberapa hari kemudian, dia telpon lagi. Dia bilang, Pusat sudah oke hari Jumat tapi minta kepastian Abah beneran bisa datang atau nggak. aku bilang Insya Allah. Terus dia tanya. kalo hari Jumatnya enaknya jam berapa. aku bilang Abah bisanya malam. Karena pagi ngaji, kemudian siang sampe sore istirahat. Dia bilang OKE. Setelah itu dia lama nggak kontak lagi.
Baru seminggu yang lalu dia kontak lagi. Itupun masih mbingungi jam-nya. aku bilang Abah sudah oke jumat malam.
Beberapa hari kemudian dia telpon lagi dan ngabari kalo Bupati Rembang nggak jadi hadir dalam acara tersebut karena ada undangan mendadak ke Jakarta. Dia pun meminta dengan sangat Abah tetep bisa hadir. aku bilang insya Allah. aku tegaskan lagi, "Jumat malam ya Pak?", dia bilang "iya bu..". aku pikir semua udah clear.
Tiba-tiba, sore tadi dia telpon. Seperti ini percakapan kami di telpon.
Pak W (PW): "bu almas. saya mau sowan sekalian bawa undangan".
aku (A)        : "oiya Pak"
PW: "sama itu bu almas. kami juga mohon Bapak kerso maringi doa pada acara besok Jumat itu".
A : "acaranya dimulai jam berapa Pak?"
PW : "jam sembilan bu".
A : "jam sembilan malam?"
PW : " Ndak bu. Jam sembilan pagi".
A : "LHO??!!! -nada mulai meninggi- kok pagi tho Pak? kan saya sudah bilang kalo pagi nggak bisa.
PW : "Aduh... aduh... gimana ini".
A : "kan saya sudah berkali-kali bilang Pak. kok jadi pagi ini gimana. dulu kan sudah setuju malam kan Pak"..
PW : "ndak bu, pagi. aduh gimana bu? tolonglah saya bu. ini menyangkut masa depan saya. saya sudah terlanjur janji kalo bapak bisa datang. kalo nggak jadi datang, hancurlah saya" *mulai mengiba-iba plus hiperbola*
A : "lha gimana Pak. kalo pagi jelas Bapak nggak bisa. Bapak nggak bisa ninggalin pengajian"
PW : "tolonglah saya bu.. tolong" *suara semakin mengiba*
A : " ya kalopun Abah datang, ya nggak jam 9 Pak. jam 10 mungkin baru bisa"

percakapan masih terus berlangsung sampai beberapa menit. Suara di seberang mengiba-iba minta dikasihani. aku, berusaha sekuat tenaga nggak sampe emosi. Tapi berkali-kali aku menyalahkan dia dan dia menerima aku salah-salahkan. (emang salah!! batinku...)
Percakapan berhenti dan dia mengatakan akan segera meluncur ke rumah untuk mengantarkan undangan.
Beberapa menit sebelum maghrib dia datang. Aku temui langsung. Dia masih saja tetap mengiba-iba dan mengatakan masa depannya akan hancur kalo Abah sampai nggak datang. (setan dalam hatiku bilang "hancur kan urusanmu sendiri!!" yah... tapi aku nggak bisa sekejam itu. kasihan juga kalo dia sampe dimutasi gara-gara nggak berhasil menepati janjinya untuk 'mendatangkan' Abah. aku memang terlalu baik orangnya. he..)
Dia mengiba-iba dan aku pun masih tetap menyalahkan dia terus. ngelesnya sangat-sangat wagu. "mungkin waktu itu saya nggak denger bu.." katanya dengan muka di innocent-innocent-kan.
WHAATTTT????!!! NGGAK DENGER???!!! NGGAK MUNGKIN LAH... -ini masih suara hati kecilku.
Suara yang keluar dari mulutku; "Bapak lagi crowded ya?" kataku agak sinis.
"iya bu... pikiran saya agak kacau memang"
Bosen dengan iba-iba-nya aku pun bilang "yah berdoa saja mudah-mudahan Abah bisa datang".
Dia pun akhirnya pamit sambil tak henti-hentinya minta maaf.

Kejadian diatas bukan pertama kalinya buat aku. Aku sudah sering banget ketemu 'pengundang' yang menjengkelkan. Rasanya pengen maki-maki aja. Tapi aku nggak bisa begitu juga. aku mesti jaga omongan dan sikap kan?
Paling mereka-mereka yang menjengkelkan itu aku ketusin dan aku bikin mereka merasa sangat bersalah. hehehe kejam juga ternyata ya?
Mereka-mereka itu pengennya dimengerti tapi nggak mau ngerti keadaan Abah. Banyak dari mereka yang dengan seenak udelnya mengatur-ngatur Bapakku. Enak ajja!! siape elooo???!!!
Kayak kapan hari tu ada orang Jakarta telpon. Dia dari salah satu perusahaan besar. Dia mau ngundang Abah untuk acara halal bihalal bersama 4000 karyawan. Tanggal yang diminta pas Abah ada acara di tempat lain.
Dengan enaknya dia bilang; "Nanti Bapak saya siapkan tiket pesawat kelas bisnis. berangkat dari Semarang siang, sorenya bisa langsung ngisi acara di tenpat kami, besoknya abis subuh langsung saya antar ke bandara. Jadi masih bisa ngisi acara yang di Semarang".
Weleh... Weleh... Ngaca dulu deh bung sebelum ngatur-ngatur. Ihh....
Menjadi asisten pribadi ternyata tidak gampang ya. Berbagai macam cap yang tidak mengenakkan aku terima selama menjalani pekerjaan ini. Halah!!
Yang aku dibilang galak lah. Nggak kooperatif lah. Nggak pengertian lah dan bla bla bla..
Tentu saja aku nggak terima dibilang kayak gitu. Tapi mau protes? protes ma sapa? dan apa gunanya juga. Aku terima aja lah mau dikatain apa. Yang penting maksudku baik. aku hanya pengen bantu Abah mengatur waktu beliau. Eyel-eyelan sama orang sih udah biasa banget. Kalo nuruti mereka terus, Abah sendiri nanti yang kewalahan.
Yang jelas, orang-orang menjengkelkan yang sudah mengacaukan jadwal Abah, langsung aku masukkan ke 'DAFTAR HITAMku'.







6 komentar:

  1. kuwerenge cah adiku!
    demi babe tercinta ya, dik?

    BalasHapus
  2. wah, de almas tegas juga ya! bagus itu. emang nyebelin orang yg ga konsisten

    BalasHapus
  3. Waduh....Galaknya.
    Tapi mbak ngadepin wong ngeyel yang seenak udele 'ndewe emang kudu galak. Kalo gak ngelunjak he...he...he...

    BalasHapus
  4. hehehe... memang galak kok mbak. hihi...

    BalasHapus