Sabtu, 01 Maret 2008

Ayat-Ayat Cinta

Rating:★★
Category:Movies
Genre: Drama
Jujur saja, beberapa waktu yang lalu ketika ada kabar akan difilmkannya novel Ayat-ayat Cinta, aku udah agak-agak nggak yakin, bisa nggak ya filmnya sebagus novelnya?
Benar saja, setelah aku nonton filmnya, aku kecewa karena filmnya cuma 'begitu' aja. Kurang greget lah...
Sorry to say, akting para pemainnya juga biasa aja. Paling geli pas adegan Fahri ngaji di depan gurunya -pake suara orang lain tentunya. Suaranya meliuk-liuk kayak suara dari alam lain. Udah gitu, suara orang yang dipilih kedengarannya seperti suara perempuan padahal suara Fahri kan cowok banget.
Rianti juga belum berhasil membawakan tokoh Aisha.di film itu gaya bicara Aisha masih seperti gayanya Rianti kalo bawain acara di MTV. Jadi seperti ngeliat Rianti, bukan Aisha.
kalo dinovelnya digambarkan Aisha itu seorang perempuan cerdas yang lembut, kaya raya tapi nggak sombong. Di filmnya, Aisha kok jadi agak sombong dan nyinyir ya? misalnya pas Aisha ngomong ke suaminya; "aku siap tinggal di flat murah. nggak pake mobil juga nggak apa-apa". Mimik mukanya Rianti ketika ngomong begitu tampak sombong sekali.
Terus ketika 'menginterogasi' Nurul, Aisha juga jadi nyinyir. Nggak enak gitu deh cara ngomongnya.
Pemeran gurunya Fahri juga kurang pas. Kesan seorang Guru Besar yang Alim, kharismatik dan berwibawa, kurang berhasil dibawakan.
Karena syuting nggak dilakukan di Mesir, jadi nuansa 'Mesir'nya agak kurang. sosok Fahri yang seorang mahasiswa Al-Azhar jadi kurang meyakinkan karena kampusnya yang terkenal di dunia nggak diperlihatkan. Kalo saja dapat ijin buat syuting di Mesir, pasti filmnya lebih 'ngena'.
terus, aku juga agak penasaran sama satu hal.Di salah satu adegan diceritakan Fahri datang ke Wisma Nusantara. Mmm,,, Wisma Nusantara itu yang tempat kerjanya Dubes Indonesia bukan ya? kalo iya, berarti nyari lokasinya kurang pas. soalnya tempat kerja Dubes yang pernah aku datangi dulu bentuknya nggak seperti yang di film. Pintu masuknya beda banget.
Nggak ada adegan yang berhasil memikat hatiku. eh.. tapi ada adegan yang cukup menghibur. Yaitu pas Maria ngaji di bis. lucu banget deh! suaranya kayak anak kecil. hehehe...
Walaupun mengecewakan, tapi aku tetep salut sama Mas Hanung yang berani bikin film bernuansa religi di saat lagi marak-maraknya film hantu-hantuan. Salut!!
Untungnya nih.., soundtracks film ini enak didengar. Jadi bisa sedikit mengurangi rasa kecewa.

Gambar diambil dari sini

4 komentar:

  1. Sama Film, sama buku beda resensi...ini saya ambil dari http://annifdaniar.multiply.com/reviews/item/1/Ayat-Ayat_Cinta_Sudahkan_Kita_Belajar_Sabar_dan_Ikhlas.
    Seperti nabi Isa, ketika menutup hidung ketika melewati bangkai anjing, dia berkata: Alangkah indah giginya.
    ===============

    Dua tahun berlalu semenjak saya selesai membaca cerita novel Ayat-Ayat Cinta (AAC), dan selama dua tahun pula saya mengakui bahwa mahakarya Habiburrahman El Shirazy inilah novel Islami karya anak bangsa yang terbaik yang pernah saya baca. Karakter yang kuat dari tokoh-tokohnya, gaya bahasa yang santun dan mudah dipahami, serta pesan moral yang disampaikan, membuat saya yakin bahwa siapapun yang menyelami kisah AAC akan sadar dan belajar akan arti persahabatan, perjuangan, keikhlasan, kesabaran, serta Islam yang sesungguhnya.

    Sebelum melangkah ke gedung teater, saya sempat meragukan kemampuan Hanung Bramantyo mengadaptasi karya yang luar biasa sukses di masyarakat dan telah menginspirasi banyak pembacanya, dan meramunya menjadi sebuah tontonan yang sefenomenal novelnya. Namun keraguan itu terjawab setelah saya menyimak jalinan cerita yang mengalir, ilustrasi musik yang menggetarkan, setting eksterior dan interior yang khas, dipadu dengan akting si "wajah polos" Fedi Nuril dan si "mata indah" Rianti Cartwright.

    Bagi saya yang tidak paham tentang dunia sinematografi, AAC adalah tontonan yang sangat bermutu dari sisi pesan moral ataupun teladan yang ingin disampaikan. Beberapa hal yang patut untuk diteladani adalah :

    PERSAHABATAN YANG INDAH
    Fahri dan teman-teman satu flatnya yang saling menyayangi meskipun berbeda latar belakang serta usia, Fahri dan Maria yang berbeda gender dan agama namun saling menghormati tanpa perlu adanya fanatisme dan keegoisan yang ditonjolkan, adalah suatu wujud persahabatan yang indah dan menjadikan kehidupan menjadi lebih bermakna.

    PERJUANGAN TANPA AKHIR
    Dalam kehidupan, tidak selalu apa yang diterima sebanding dengan apa yang diperbuat, bahkan sebaliknya, kadang perbuatan baik berbanding terbalik dengan kenyataan yang diterima. Dalam kondisi seperti ini, AAC mengajak untuk selalu berjuang menghadapi tantangan dan beban hidup, dengan memegang teguh keyakinan dan keimanan tanpa harus melanggar norma agama.

    SABAR DAN IKHLAS
    Sepahit dan segetir apapun yang dialami dalam hidup, adalah merupakan cara Allah untuk berbicara kepada kita, dan inilah pesan inti dari AAC : Sabar dan Ikhlas.

    KEINDAHAN ISLAM
    Opini yang ada di masyarakat luas bahwa Islam identik dengan kekerasan serta kaidah poligami maupun berpacaran yang kerap diperdebatkan di berbagai kalangan, dijawab dengan sangat halus tanpa harus menggurui. Kasih seorang istri yang setia kepada suaminya meskipun harus mengorbankan perasaannya sendiri, adalah teladan paling baik yang disampaikan lewat AAC.

    Berbagai kritik yang muncul, seperti Fedi Nuril yang tidak se"suci" Fahri, serta pemilihan Zaskia A Mecca sebagai tokoh Noura yang dianggap kurang pas, tidaklah mengurangi kualitas AAC secara keseluruhan. Bagi saya, AAC adalah "a must read novel" dan "a must see movie", bagaimana menurut anda?

    Dan sudahkah kita belajar sabar dan ikhlas?


    *apresiasi saya untuk duo Punjabi dengan MD-nya, diluar berbicara segala kontroversi dari sisi bisnis, anda telah mengangkat kisah keteladanan Islami ke tempat yang lebih tinggi, good job

    BalasHapus
  2. beda orang, beda-beda juga ya reviewnya. hehehe...

    BalasHapus