Jumat, 05 Februari 2016

Ayo Mondok!

(Tulisan ini sudah kubuat Jum'at kemarin. Tapi lupa ku posting di blog ini. Jadi sekarang aja deh mostingnya. Hihihi).

Hari Jum'at adalah hari 'spesial' bagi para wali santri putri Raudlatut Thalibin. Kenapa? Karena hanya di hari ini lah, beliau-beliau diperkenankan untuk menengok anak-anaknya.
Sebelum-sebelumnya, tidak ada waktu khusus berkunjung. Datang setiap hari pun boleh. Tetapi, sejak 3 bulan yang lalu, kami -para pembina dan pengurus pondok- menetapkan beberapa peraturan baru, salah satunya ya tentang waktu berkunjung ini. 
(Aku jadi ingat saat sosialisasi peraturan baru, beberapa bulan yang lalu. Sebelum bertemu para walisantri, aku sempat deg-degan. Kuatir kalo peraturan baru tsb menuai protes. Belum-belum aku udah parno duluan.  Tapi Alhamdulillah, kekhawatiranku tidak terjadi).

Jum'at siang tadi, ketika sedang menemani malak bermain di depan rumah, aku melihat ada salah satu wali santri datang sambil membawa satu kardus berukuran cukup besar. Pasti itu 'tanda cinta' untuk anaknya. 
aku jadi membayangkan ekspresi bahagia si anak ketika menerima kardus tsb. (Entah apapun isi di dalam kardus itu, aku rasa setiap santri yang dijenguk orangtuanya sambil dibawakan 'tanda cinta' pasti lah bahagia. Hehehe). 

Pemandangan yang kulihat siang tadi, mengingatkan aku pada masa-masa nyantri dulu. 
Dulu, aku sangat bahagia tiap kali dikasih tau ada Abah Ibuk rawuh ke pondok. Kebahagiaanku semakin bertambah begitu melihat kardus bertuliskan "almas" yang dibawa Abah Ibuk dari rumah. Alhamdulillah....
Tentu saja bukan aku saja yang merasa bahagia, teman satu kamar pun ikut bahagia. Hahaha. 
Ya, setiap ada yang abis dikunjungi orangtuanya, yang lain pun ikut bergembira. 
Kalau tinggal di kost, mungkin oleh-oleh satu kardus itu bisa berumur lama atau agak lama ya? Tapi kalau di pondok, bisa bertahan sampai seminggu itu udah wow banget.
Seingatku, begitu kardus dibuka, isinya akan habis dalam beberapa hari saja. Hahaha.
Kecuali kalo yang abis dapat kardus terus kardusnya dimasukin ke lemari. Ya pasti awet deh isinya. Hihihi tapi dijamin yang seperti itu bakalan jadi rasan-rasan seantero pondok 😝😝.  

Jadi ingat, pernah dapat cerita. Ada seorang santri yang bakhil. Tiap abis dapat kiriman makanan disimpan sendiri. Alhasil, teman-temannya pun jengkel. Lalu lemari -tempat menyimpan makanan- si santri bakhil itu pun digoyang-goyangkan sedemikian rupa sampai isinya tumpah ruah dan mengotori isi lemari.   

Cerita itu membekas sekali diingatanku dan seperti menjadi sebuah reminder untukku. 
Dan ketika aku akan berangkat mondok pun, pesan pertama Abah untukku bukan "yang krasan di pondok ya!" atau "ngaji yang rajin ya!" tapi Beliau berpesan "Jangan bakhil!". Pesan yang kuingat terus sampai detik ini. 

Di pondok kita hidup dengan banyak orang. Itu artinya kita mesti siap berbagi. Kalau nggak mau berbagi ya... tanggung sendiri deh akibatnya. 
Nggak hanya soal berbagi saja, ada banyak hal berharga yang aku dapatkan ketika mondok dulu.
Hidup dengan banyak orang, membuatku belajar untuk mengenal berbagai macam karakter manusia. Awal-awal sempat kaget tiap kali bertemu dengan kawan yang entah kenapa setiap dia ngomong selalu terdengar nggak enak di telinga. Sempet mangkel, sakit hati dan blablabla. Lha tapi masak mau berlama-lama mangkelnya? Mana setiap hari ketemu. Akhirnya lama-lama terbiasa juga. 
Aku sendiri pun juga jadi belajar untuk lebih berhati-hati kalau ngomong. Karena beberapa kali juga aku pernah bikin orang mangkel/sakit hati karena omonganku. Dari kejadian itu aku belajar untuk nggak sakpenake dewe. ceplas ceplos boleh lah tapi jangan kelewatan. Intinya sih belajar mengerti, mengenal dan menghargai orang lain. 

Selain itu, aku juga belajar untuk nggak gampang menyerah pada keadaan. (Wiih bahasakuu...).
Hidup dengan berbagai macam aturan, nggak boleh ini nggak boleh itu, apa-apa dibatasi bikin sebel sih memang. Tapi itu juga yang bikin kuat. aku kayak dilatih untuk bisa menahan hawa nafsu. Hehehe. 
Terus, karena banyak teman, kalau mau aneh-aneh, banyak yang ngingetin. Kalau sedih, banyak yang menghibur, kalau merasa udah nggak kuat pengen nyerah, banyak yang menyemangati. Kalau nggak punya duit, banyak yang bisa diutangi. Hihihi. Yang terakhir nih yang paling top. Namanya santri, paling nggak enak tuh kalo keabisan duit. Yakan? Yakan? Hahahaha... 😝😝😝.

Dulu, banyak hal yang tampak tidak menyenangkan. Hidup serba dibatasi, nggak bisa berlaku sesuka hati. Tapi kini, mengingat itu semua aku jadi bersyukur. Betapa beruntungnya aku pernah merasakan hidup di pondok. Alhamdulillah. 
Yang belum pernah mondok, Ayo Mondok! 😁😁

(Maafkan, kalimat penutupnya terdengar wagu. Kehabisan kata-kata sodara-sodara. ✌️✌️)
#ceritaalmas #ceritajumat #Jumatmenulis #ayomondok 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar