Jumat, 15 Agustus 2008

Jalan-jalan di 'Holy Land'

Hari Selasa tanggal 29 Juli 2008, kami diajak Mr. Maher menjelajahi ‘Holy Land’. Tujuan pertama adalah Jabal Zaitun. Dari atas gunung ini, kami bisa melihat pemandangan kota Jerusalem yang amazzzing banget. Halah!!
Tentu saja kami tak lupa berfoto-foto sampai blenger. Hihihi….
Tujuan kedua ke Masjid Salman Al Farisi. Jarak parkiran ke Masjid –lagi-lagi- jauh. aku diutus Ibuk protes sama Mr. Maher. Diutus bilang kalo Ibuk udah tua jadi parkirnya jangan jauh-jauh. Waktu aku sampaikan protes Ibuk, Mr. Maher bilang, bis nggak boleh parkir di area dekat masjid. Dan lagi kalo disini, kita harus mau jalan. Kalo nggak kuat, di bis saja.Iya.. ya… Oke deh Mister… Di dalam masjid Salman Al Farisi, terdapat makam Beliau. Sudah tau kan siapa Beliau ini? Ya betulll!!! Beliau adalah salah satu sahabat Nabi yang mempunyai ide membangun parit pada saat terjadi Perang Khandaq.
Tujuan ketiga: Masjid Hebron. Perjalanan menuju ke Masjid Hebron satu jam lebih dari Masjid Salman Al Farisi. Mr. Maher mengatakan kalo untuk masuk ke wilayah Hebron  nggak mudah. Kadang-kadang boleh masuk, kadang-kadang enggak. Tergantung kondisi disana. Tempat itu juga hanya diisi oleh orang-orang Yahudi. Nggak ada muslim yang tinggal disana. Waktu itupun Mr. Maher berpura-pura jadi orang Yahudi. Kalo nggak begitu nggak boleh masuk, katanya.  
Begitu sampai di Masjid Hebron, sebelum turun Mr. Maher mengajak kami semua untuk mengucap syukur. Karena ijin Allah-lah kami akhirnya bisa masuk ke wilayah ini. Alhamdulillahi Robbil ‘Alamien…
Kami tegang melihat banyaknya tentara Israel yang brejaga-jaga. Penduduk sana pun memandang kami dengan tidak ramah. Aku nggak berani tolah-toleh. Pokoknya jalan lempeng aja lah.
Oya, sama Mr. Maher kami diharuskan jalan beriringan. Nggak boleh pisah. Aduh… mau masuk masjid saja kok beratnya gini sih? Begitu pikirku waktu itu.
Karena mau sholat, jadi kami mesti wudlu dulu. Pas jalan ke tempat wudlu, aku kaget banget karena pas di depan pintu masuk tempat wudlu wanita, ada kendaraan perang –apa yang namanya? Auto tank bukan? Ya itu lah pokoknya!- yang super gede. Langsung merinding…..
Karena ketutupan kendaraan tsb, aku dan Ibuk jadi nggak bisa masuk. Akhirnya kami berdua diijinkan memakai toilet pria.
Selesai wudlu, kami siap masuk masjid. Ternyata…. Ada pemeriksaan oleh tentara Israel. Mr. Maher hampir saja esmosi karena disuruh bolak balik ngelewati alat sensor. Untung masih bisa sabar. Kalo lepas kontrol, gimana nasib kami? :p
Setelah semua orang diperiksa, gantian barang bawaan kami. Tasku berbunyi ‘Tiiiitt’. Mati aku!! Langsung deh, disuruh mbuka sama tentara Israel itu. Pas lagi meriksa tasku, tanpa sengaja tanganku nyenggol  senjata laras panjang yang dicangklong tentara tsb. Langsung dredeg se dredge-dredegnya. Aduhhh….Untung nggak ada barang-barang yang diambil. Mungkin kancing tasku yang menyebabkan bunyi ‘Tiiiiit’ tsb.
Didalam Masjid Hebron kami sowan Sayyidina Ibrahim AS. Tangis kami tumpah di depan makam Beliau. Selain itu ada juga Makam Nabi Ishaq & Makam Ibu Saroh. Kata Mr. Maher dibawah masjid itu, sebenarnya banyak makam para Nabi -karena banyak Nabi yang berasal dari Bani Israel. Tapi oleh Israel ditutup, tinggal makam-makam yang kusebutkan diatas tadi. Kami nggak berlama-lama disana –sebenarnya ingin sekali dekat terus sama Nabi Ibrahim- karena kondisi di tempat tsb tidak memungkinkan kami untuk berlama. lama. Mr. Maher meminta kami untuk segera meninggalkan tempat tsb. dan sekali lagi dia mengingatkan kami agar jalan kami nggak pisah-pisah. Dia tampak sekali ingin segera pergi dari tempat itu. ya… nggak ada yang ‘enjoy’ berada disana. Yang ada hanya tegang, tegang dan tegang.
( Oya, Masjid Hebron ‘dibagi’ dua. sebagian milik orang Islam, sebagian milik orang Yahudi. Karena Yahudi juga mempunyai keyakinan kalo Abraham itu Bapak mereka. Begitu penjelasan dari Mr. Maher. Mr. Maher juga bercerita tentang peristiwa beberapa tahun silam, dimana waktu itu orang-orang Yahudi menembaki orang-orang Islam yang sedang sholat di dalam masjid tsb. orang-orang Yahudi nggak terima kalo Bapak mereka diakui Bapak juga oleh orang-orang Islam )
Kami pun bergegas menuju bis. Oya, Ibuk kehilangan sandalnya di tempat ini. Waktu kami beritahu Mr. Maher –ketika bis sudah jauh meninggalkan Masjid Hebron, dia kaget setengah mati. Dia protes kenapa nggak ada yang ngasih tau dia waktu disana. Dia protes beberapa kali. Penyesalan tampak sekali di wajahnya. Dan diapun jadi agak BT. Kami malah jadi ngerasa nggak enak sendiri. Padahal niat kami kan cuma pengen cerita aja.
Waktu nyampe di Jerusalem lagi, Mr. Maher segera menuju ke tempat perbelanjaan. Ini nggak ada dalam jadwal tour kami. ternyata dia mau beliin Ibuk sepatu. Aku berinisiatif ikut. Maksudnya biar bisa milihke. Aku diajak masuk ke salah satu toko sepatu. Dia menunjuk salah satu high heels. Aku bilang, Ibuku nggak suka pake yang itu. lalu dia menunjuk yang lain, aku bilang enggak. Akhirnya kami pindah ke toko yang lain. dia memintaku untuk memilih satu secepat mungkin. Biar nggak wasting time. Tapi lha pie? Yang dijual di toko-toko itu, sepatu dan sandal  yang gaya-gaya, yang jelas nggak Ibuk bangett!!! Aku bilang, sandal jepit aja lah. Yang biasa aja.
Dia lalu menunjuk satu sandal. Itu kan sandal! Ambil itu saja! HAA????
Bagaimana mungkin aku ambil sandal tsb, sandal itu warnanya merah ngejreng. Ndeso lah!!! Akhirnya, aku bilang, udah nggak usah saja. Nanti saja aku cari sendiri. Akhirnya, dengan muka cemberut kami pun kembali ke bis. Pasti Mr. Maher BT abiss tuh!! Bis lalu bergerak menuju restoran tempat kami akan makan siang. Dan percaya atau tidak sodara-sodara….., kami makan di restoran China lagi!!!! Twenggg… Twengg…
Waktu nunggu makanannya datang, aku ngajak d’ Ova untuk keluar sebentar nyari sandal. Kami jalan cukup jauh –sampai ngos-ngosan- tapi sandal yang cocok buat Ibuk nggak kami temukan. Akhirnya kami kembali lagi ke restoran dengan tangan kosong.
Selesai makan, Abah langsung keluar. Aku kejar, ternyata Abah mau nyari sandal. Aku ikut nyari. Kami berjalan lebih jauh lagi. Syukur Alhamdulillah, akhirnya kami dapatkan juga sandal untuk Ibuk.
Komentar Abah: “Wah… berat juga ya tanggung jawabnya suami”. Hehehe….
Dari restoran China, kami melanjutkan perjalanan menuju Makam King David. Lagi-lagi dan lagi parkirnya jauuuuh banget. Dengan penuh perjuangan kami kuat-kuatkan berjalan. Pfuiihhhh…..!!!
Makam King David ini kayaknya ini makamnya Nabi Daud deh, tapi di dalamnya kok nggak ada tulisan Arabnya ya? Di dalam ada rak berisi kitab-kitab, kupikir Al-Quran. Waktu kuambil satu, ternyata bukan. Kuambil yang lain, eh bukan juga. Ternyata memang nggak ada Quran. Kitab-kitab itu ditulis pake bahasa Ibrani. Hurufnya aneh.
Dari makam King David, kami lanjut ke Gereja tempat kelahiran Nabi Isa. ( Church of The Holy Sepulchre ). Masuk ke Gereja, penutup kepala –khusus laki2- harus dilepas.
Setelah itu, kami sholat di Masjid Umar bin Khattab yang letaknya nggak jauh dari gereja tsb. Selesai shalat kami santai-santai di depan gereja sambil nunggu Mr. Maher datang. Mr. Maher  memberi kami waktu 1 jam untuk melihat gereja plus sholat. Dia sendiri, harus pergi sebentar untuk mengirim email untuk ngurus tiket kami ke Jordan keesokan harinya. Kami janjian ketemu di depan gereja.
Sambil nunggu dia, kami asyik melihat para turis yang berlalu lalang. Karena pas musim panas, jadi bajunya ‘open bar’ semua. Hehehe…Aku lihat setiap turis yang mau masuk gereja, mereka memakai pashmina dulu atau kalo nggak pake kaos untuk menutupI bagaian atas tubuhnya yang terbuka. Tapi begitu keluar dari gereja, ya langsung dicopot lagi. hehehe....
Satu jam berlalu dan bertemulah kami dengan guide sekaligus sopir kami tercinta, Mr. Maher. Akhirnya… acara jalan-jalan hari itu berakhir sudah. Kami pun kembali lagi ke hotel.
Mr. Maher mengingatkan kami untuk siap meninggalkan Jerusalem esok hari pukul 8 pagi…
(Sebenarnya di jadwal kami, ada acara ke Tembok Ratapan juga. Tapi karena hari itu bukan hari Sabat -hari dimana orang-orang Yahudi melakukan ritual berdoa-, kami urung ke sana. Kami kan kesana pengen liat ritual tsb )

4 komentar:

  1. Seru deh ceritanya. Mr. Maher pake bahasa Arab ya dik?

    BalasHapus
  2. lebih sering pake bahasa inggris. kalo pake bahasa arab pas sama Abah aja.

    BalasHapus
  3. Ibu trs pake apa pas belum dapat sandalnya?

    BalasHapus
  4. ya ngodok mbak.. tapi pake kaos kaki. tak tawari pake sandalku, ndak kerso.

    BalasHapus